Rabu, 01 September 2010

Untuk Sahabat

Sahabat.... Tahukan jika hari-hari kian terasa sepi tanpa hadirnya dirimu...
Setelah perpisahan itu, rasanya hari-ahri telah mati
Berjalan dalam sebuah kekakuan hidup
Menyusuri fataorgama dunia membuatku letih berfikir tentang apa tujuan yang sebenarnya
Memaksaku untuk berbuat apa yang tak bisa kuperbuat
Mencoba memaksakan apa yang sebenarnya tak dapat aku rasakan dalam kepedihan jiwa ini

Sahabat... Masih ingatkah kau tentang cerita kita?
Disaat kita bersama, kita bercanda dan tertawa sampai tak kenal dengan apa itu lara dan kesedihan
Saat air mata jatuh beruraian tanpa sebuah kepastian, kau membendungnya dengan kasih yang kau pancarkan tulus dari dalam hatimu.
Saat kita sama-sama terjatuh, kau selalu mengatakan kita harus bangkit dan pegang tanganku lalu rangkullah pundakku bahkan dalam keadaan dirimu terluka.

Saat itu disebuah pantai Persahabatan, kita telah berjanji akan selalu bersama dan selalu berbagi canda tawa walau nanti pada saatnya kita akan memiliki dan memilih jalan hidup masing-masing.
Kita telah mengucap sebuah janji yang tulus dari hati untuk selalu mengingatkan dan selalu memaafkan.

Hari-hari ini terasa sangat sepi tanpa ada suara-suara yang mengalir lembut dari dirimu, tanpa adanya senyuman senyuman manis yang terpampang diwajahmu, tanpa adanya tatapan keyakinan dan penuh keoptimisan yang pernah kau ajarkan padaku dan tanpa satu kisah yang akan menjadi sejarah persahabatan kita, tanpa adanya warna warni kehidupan yang kau tunjukan padaku tentang apa arti hidup dan berbagi yang sebenarnya.

Sahabat, datanglah padaku dan kita mulai lagi menuliskan sejarah kisah kita di pohon itu. Aku yang selalu kau rangkul saat aku mulai lemah dan aku yang selalu kau genggam erat tanganku saat ku telah jatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Copy Paste Tapi selalu CANTUMKAN SUMBER sebagai sarana perlindungan HAK CIPTA.