Sabtu, 26 Februari 2011

Setetes Kopi Susu

Malam ini terasa berbeda. entah kenapa saya begitu melankolis. takut seakan-akan saya harus kembali pulang besok untuk selamanya. Padahal saya belum melakukan sesuatu. Entah membantu orang lain, membalas budi ataupun membuat saya menjadi berguna bagi banyak manusia.

Saat ini jelas, semua rasa tak bisa kubayangkan. Entah Bahagia yang bercampur dalam duka layaknya larutan kopi susu yang tengah saya minum. Rasa pahit bercampur dengan manis dan kentalnya susu membuat saya benar-benar merasakan nikmatnya hidup. Kadang memang hidup ini manis, melebihi manisnya susu, saat itu kadang kita lupa bersyukur dan lupa siapakah yang telah membuat manisnya kehidupan. Kadang kita terlalu congak dengan apa yang kita raih. Pongah dan sombong. Padahal kita sendiri tak tahu apa yang akan terjadi esok.... jangankan esok, satu detik yang akan datangpun kita tak akan pernah tahu.

Kadang juga pahit, saat banyak masalah datang, Musibah menghampiri seakan cobaan tak henti-hentinya mendera. Saat itu pula kadang kita malah semakin jauh dan menjauh. Bahkan tak jarang kita malah mempertanyakan ke Maha Penyayangan DIA pemilik alam semesta ini.

Pantaskah kita melakukan hal tersebut? Pasti TIDAk, tapi apa kata hati nurani? Apa jawaban dari Otak? Beragam.... Layaknya Kopi Susu yang saya minum tadi, ada warna hitam karena kopinya dan putih karena susunya.

~~~

Hari ini aku merasakan sangat melankolis.... ditemani gerimis dan udara malam yang dingin. Rasanya aku sedang berada pada suatu tempat entah dimana, yang jelas kedamaiana kutemukan disini. Ku bisa memasuki duniaku, melintas batas dimensi keangkuhan.... Semuanya terasa nyaman dan damain. Tenang tanpa satu alasan...

Terlihat samar-samar dari jendela, iringan mobil yang berlalu lalang, kadang membuatku penat. Kadang juga menghiburku. Suaranya seakan-akan membangunkanku pada suatu mimpi buruk tentang hidup ini. Yang kulalui serasa dalam mimpi tak pernah nyata. Tak pernah semu itu menjelma dalam kehidupan. KArena aku merasa aku berada dalam dimensi yang berbeda. Tubuhku jelas di tahun 2010, tapi jiwa ini? entahlah.. aku sendiri belum bisa menerima yang telah Tuhan gariskan. Terserah pada Tuhan, au hanya menjalani dan kuharapkan tanpa beban.

Malam itu aku ingat, setahun yang lalu masih tergambar jelas tentang sebuah pengajaran apa itu hidup. Tentang sebuah keadilan dari yang paling adil. Membuka mata dan hati. Menerobos sela-sela jiwa kemanusiaan yang telah robek oleh manusia sendiri. Aku merasakan sebuah visualisasi yang nyata. Tergambar jelas tanpa halangan.

Seorang anak lelaki yang beranjak dewasa menemukan sebuah jalan hidupnya. HArus memisahkan diri dari orang tuanya, padahal usia nya sangat muda. Entah kenapa dia berani mandiri sebelum waktunya. Entah kenapa dia mau jauh dari orang tuanya. Hanya ada satu alasan rupanya. Persiapan harus di awal waktu, kesalahan kita yang selalu tepat waktu membuat kita terus kian terpuruk.

Saat itu kurasakan sebuah kehidupan nyata. membaur dalam masyarakat dsan benar-benar melakukan apa itu sosialisasi secara sempurna dengan masyarakat. walaupun getir dan keras, tapi langkah sudah dipilih dan harus tetap dijalankan.

Malam itu kumerangkai kata yang berputar dalam otakku. Kubisikan sesuatu pada malam, tentang indahnya hidup dan manisnya kopi susu.....

Malam Bersaksi
Meninggalakan sejuta kenangan yang tak akan pernah kulupakan
Menghanyutkan gelombang rindu dalam sebuah alur permainan
Mendekam bara api yang tercecer di atas puing-puing runtuhan istana es

Malam itu
Suasana begitu sangat syahdu... tenang tapi berwibawa
Angkuh tapi menunjukan suatu kebesaran yang tak ternilai
Sungguh tak ternilai
Bahkan Kalkulator tercanggih pun tak bisa menghitungnya
Aku sangat yakin akan hal itu

Saat kuterpaku pada sebuah pondok ditepi jalan
Kumelihat seorang bapak tua yang sedang tertidur pulas
padahal malam begitu sangat dingin
Hanya berasalkan Bambu kepang dan selimut dari kain sarung lusuhnya
Akh aku pikir ini adalah orang gila
Kuperhatikan sesksama, kenapa begitu rapihnya
Lalu aku berfikir sejenak
Akh dia pasti tuna wisma yang tersisih

Lalu kumencoba mendekatinya tanpa membangunkannya
Kuajak bayangannya berbicara, dan kutelusurui jejak jejak yang tertinggal pada sorot matanya
Begitu jelas terlihat dari raganya ini,
Setia inci menceritakan suatu kisah tentang apa itu hidup
Kerasdan penuh perjuangan
Setengah kau menjalani, maka kesmepatanmu hanya tinggal setengah, lalu habis dan mati
Hanya bisa meratapi yang terjadi

Terlalu berambisi, maka jiwamu akan hancur
banyak yang akan membunuhmu dengan taktik licik yang kejam
Tapi itulah hidup, toh harus kita jalani juga
Lalu kenapa malam terasa begitu dingin bagiku dan hangat baginya?

Sebuah jawaban kuterima
Dari balik matanya yang tengah menutup
"Kau masih muda....
Kau masih belia.... pikiranmu tak akan mampu kesana
Sebelum usia dan pengalama yang mengajarimu
Sebelum kau benar-benar mempunyai hati yang kuat
Sebelum kau tahu arti tentang sebuah pengorbanan
Maka kau tak akan mampu melawan dinginnya malam ini
Tulangku tersusun dari pondasi-pondasi pengalaman hidup
Kulitku tebal setebal apa yang pernah kujalani
Dingin bukanlah alangan bagiku, dia hanya cubitan kecil yang takberarti
dibandingkan dengan hidup yang pernah kujalani"

Dari sorot matanya jelas tergambar betapa menderitanya dia
Betapa kejam hidup ini membantainya
Tanpa ampun
Tak ada kesempatan lagi untuk sekedar bernafas merasakan indahnya dunia
Tak ada satu detikpun untuk mencicipi air hujan yang menetes
Tak ada ampun dan tak akan ada kesempatan lagi.....

Lama kutermenung, aku dikejutkan dengan sesuatu didepan saya...
Cahaya sangat terang dan Bruk....

Semuanya telah berakhir.... Akhirnya tugasku telah selesai di dunia ini....

~~~~

Petir menyambar....Termenenung dan lamunanku hilang. Hilang bersama dengan petir yang barusan saja memakan bumi. Semoga semua angan menjadi sebuah harapan yang nyata.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Copy Paste Tapi selalu CANTUMKAN SUMBER sebagai sarana perlindungan HAK CIPTA.